Rabu, 27 Juli 2016

Terbang Dengan Pesawat MA-60 : Sepenggal Kisah


Ada keraguan yang sempat terlintas saat aku tahu bahwa burung besi yang akan aku naiki pada penerbangan kali ini adalah pesawat MA-60 yang konon katanya punya banyak catatan hitam. Bahkan jadi ingat juga aku bahwa pesawat jenis ini pula yang sempat menjadi perantara tewasnya puluhan orang oleh karena jatuh pada sebuah teluk di Papua Barat sana. ( Kantor Pusat Lion Air )
 
Ternyata sejak awal proses pembelian pesawat jenis propeller ini disinyalir oleh sebagian orang telah ada yang kurang beres alias terdapat semacam kontroversi. Bahkan terhitung dalam sejarah pengoperasiannya terjadi beberapa insiden yang kembali membuka kontroversi tersebut ke ranah pemberitaan nasional.
Melalui sebuah penelusuran via internet saya jadi tertegun setelah tahu bahwa pesawat MA-60 baru memperoleh sertifikasi otoritas penerbangan China pada Juni 2000 serta belum memperoleh pengakuan resmi dari FAA. Sehingga dengan demikian wajar kalau beberapa pengamat meragukan tingkat keamanan pesawat berdaya muat hingga 56 penumpang ini.

Mungkin saja banyak yang belum tahu bila pesawat MA-60 ini diproduksi atas lisensi dari perusahaan lain di luar China, sehingga bukan asli karya negara tersebut. Hanya maskapai penerbangan Merpati saja (di Indonesia) yang memakai produk ini guna melayani rute-rute pendek seperti misalnya Jogja-Bandung atau sebaliknya. ( n219 aircraft )

Setelah menunggu sekitar 21 menit dari waktu yang seharusnya, kami pun berjalan menuju pesawat yang ada di tempat lumayan jauh dari ruangan tunggu penumpang. Tak seperti pesawat Boeing, pintu penumpang cuma ada satu, itu pun di belakang. Tak perlu kendaraan yang membawa tangga sebab pesawat cukup pendek sehingga cukup pakai semacam kotak berundak saja. Saat masuk aku mesti sedikit menunduk sebab tinggi pintu lebih pendek daripada pesawat yang biasa aku tumpangi. 

Pesawat ini memang benar-benar masih baru sebab katanya belum genap sebulan dioperasikan. Tempat duduk penumpang ditata 2-2 dengan ruang bagasi agak sempit sehingga mungkin koper yang biasa ku bawa saat bepergian tak akan muat. Ah untunglah saya dapat kursi 5A yang berarti ada di samping jendela sebelah kiri. Jantung pun serasa berdebar mengiringi doaku dalam hati.

Gerimis tipis mengiringi penerbangan kali ini. Kulihat apa-apa yang begitu kecil di bawah, yang tak lain menggambarkan diri kita yang sebenarnya yang teramat kecil tak berarti. Kembali kulantunkan doa-doa romantis sembari menatap awan-awan tebal di atas ketinggian. (segores kisah fiksi).



Tulisanku yang lain ,


Sabtu, 16 Juli 2016

Mobil Nasional LCGC



Pengembangan Mobil Nasional. Definisi mobil nasional masih belum jelas sehingga ini berimplikasi pula pada pihak pengembang (manufaktur) maupun oleh pengambil kebijakan (pemerintah) dalam menentukan sikap. Bisa jadi mobil nasional mengacu pada definisi sebuah kendaraan roda empat atau lebih yang dibuat di dalam negeri dengan memakai komponen yang keseluruhannya merupakan hasil dari industri dalam negeri. Dengan demikian tidak ada ketergantungan pada negara asing dalam pengembangan industri ini.
 
Di Indonesia sudah ada mobil kancil dan mobil tawon, serta satu lagi mobil komodo. Mobil-mobil ini bisa dikatakan bentuk usaha dari pengupayaan adanya mobil nasional sebab kebanyakan atau bahkan mungkin sudah seratus persen komponennya merupakan buatan dalam negeri. Hanya saja konsep mobil-mobil tersebut masih sangat sederhana sehingga sangat jauh bila dibandingkan dengan mobil yang saat ini banyak beredar di jalanan.

Mobil nasional merupakan sebuah proyek skala besar dan jangka panjang sehingga sangat mutlak mendapatkan dukungan dari pemerintah. Namun hinga kini dukungan pemerintak terhadap proyek ini dirasa masih setengah setengah sehingga program nya pun seolah dapat dikatakan layu sebelum berkembang. Pihak pemerintah malah lebih mendukung mobil murah dengan merk asing sebagaimana dalam kasus mobil LCGC. Beberapa waktu yang lalu juga sempat didengungkan mobil ESEMKA yang berasal dari kota Solo, namun ini pun seolah berhenti di tengah jalan. ( lihat juga : penerbangan internasional sriwijaya air )

Jumat, 15 Juli 2016

Rute Internasional Sriwijaya Air



Sriwijaya Air Terbang ke Cina. Perkembangan pada perusahaan penerbangan memungkinkan penambahan rute terbang tidak hanya rute domestik melainkan juga rute-rute internasional yang diyakini memiliki pangsa pasar yang cukup menjanjikan. Sebagai contoh maskapai Sriwijaya Air yang beroperasi sejak sekitar 11 tahun yang lalu, kini telah menerbangi rute internasional yaitu ke beberapa daerah di Negara Cina. Bahkan hingga saat ini pun masih dalam tahap penjajakan untuk menambah rute lagi ke destinasi lain di negara tersebut.
 
Untuk penerbangan internasional tersebut selama ini digunakan pesawat dengan teknologi yang masih tergolong baru, yakni jenis Boeing 737-800 NG. Pesawat narrow body yang lumayan panjang ini menampung penumpang hingga 185 orang dengan satu konfigurasi kelas (ekonomi). Penerbangan ke negara tersebut bukan dari jakarta yang mana sebagai base nya Sriwijaya Air, melainkan dari Denpasar Bali. Mungkin titik beratnya ke sektor pariwisatanya.

Perlu diketahui bahwa hingga saat ini maskapai swasta nasional tersebut telah mengoperasikan sebanyak 7 buah pesawat berjenis Next generation seri -800. Dari jumlah ini akan bertambah hingga menggantikan armada klasik seperti Boeing 737-500, -400 dan -300. Meskipun jumlah penumpang yang mampu diangkut per tahunnya relatif lebih rendah dibandingkan Garuda dan Lion Air, namun nyatanya maskapai ini mampu mencetak laba yang tidak sedikit. Ini tentu saja patut disyukuri terutama sekali oleh para karyawan dan segenap Management perusahaan penerbangan tersebut.